Sabtu, 01 Oktober 2011

Kisah Pecinta Alam Yang Ikut Menjadi Korban Jatuhnya Pesawat CASA 212-200

Salam PaRLiN2002 Untuk Indonesia....

Tentunya saat ini pembaca mendengar dan melihat bencana kecelakaan jatuhnya pesawat CASA 212-200 pada akhir bulan september 2011 di tengah belantara leuser bahorok Langkat, Sumut.
Dan ternyata ada kisah sangat menyentuh dan perasaan yang haru biru bagi kami sebagai seorang pecinta alam.
Bagus Soetopo Sucito Putro (61) dikenal sebagai Flight Operation Officer (FOO) di kalangan penerbangan. Namun, di tengah masyarakat, ia lebih dikenal sebagai pencinta alam.
"Bapak memang suka hiking, mendaki gunung, atau pergi ke pedalaman kalau liburan," tutur Sunny Leoni Kesumasari (17), putri bungsu Alm Topo, kepada Kompas.com di rumah duka, Kompleks Villa Japos B3, Nomor 2, Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Sabtu (1/10/2011).



Alm Topo sejak muda sudah bergabung dengan sejumlah klub pencinta alam. Salah satu favoritnya selain hiking adalah bersepada gunung di tengah hutan pegunungan. Tak heran bila sejumlah sepeda gunung dari berbagai tipe berjejeran di salah satu sudut rumahnya.
Buah dari petualangannya di tengah alam masih tersimpan dalam bentuk foto dan binatang peliharaan. "Ini sangkar burung keok dari pedalaman Papua tahun 2006. Kalau ayam hutannya pemberian orang Suku Baduy (Banten) tahun 2005," terang Sunny.
Sementara itu menurut putra kedua Topo, Diego Bagus Bawono (29), ayahnya adalah tipe pria gaul lantaran memiliki banyak teman dari kalangan muda. "Itu karena hobinya sebagai pencinta alam. Punya banyak teman. Malah banyak anak mudanya," ujar Diego.
Tak heran bila waktu-waktu liburan dari tugas sebagai perwira operasi penerbangan, almarhum kerap bepergian menyisir alam. "Bapak mau ke gunung," kata Diego menuturkan kebiasaan ayahnya saat berpamitan. Baik Barbara Budiyanti (54), istri almarhum, maupun keempat anaknya sudah sangat mafhum dengan kalimat tersebut: sang ayah ingin menikmati hobinya sebagai pencinta alam.
Tak ada yang menyangka bila jalan hidup Topo pun berakhir di tengah alam. Bagus Soetopo Sucito Putro adalah salah seorang awak pesawat CASA 212-200 yang jatuh di Bahorok, Langkat, Sumatera Utara. Di tengah belantara yang sulit dijamah tangan manusia, ajal menjemputnya bersama tiga awak PT Nusantara Buana Air (NBA) dan 14 penumpang lainnya.
Ketua Badan SAR Nasional Marsekal Madya Sudaryatmo menyatakan, berdasarkan laporan petugas yang sudah terhubung pada pagi ini, semua penumpang pesawat CASA 212-200 yang jatuh di Bahorok, Langkat, Sumatera Utara, ditemukan meninggal dunia.

"Sampai pagi tadi, kami masih yakin dia survive. Orangnya tangguh dan sudah biasa dengan situasi darurat begitu. Alam liar sudah barang biasa buat dia," terang Rocky, teman dekat almarhum dan sesama anggota Japos for Cycling (JSC), klub sepeda gunung.
Ia menjelaskan, almarhum Topo adalah orang yang tangkas dan sangat terlatih dalam teknik penyelamatan. Hal itu telah diakui rekan-rekannya para pendaki gunung dan pencinta alam. Rizal, sahabat lamanya, menduga kondisi pesawat memang tidak memungkinkan untuk penyelamatan diri.
Pria kelahiran Solo, 22 Oktober 1950, ini akhirnya harus berpamitan untuk selamanya meninggalkan istri tercinta dan keempat anaknya, serta teman-teman pencinta alam. Hutan Taman Nasional Gunung Leuser menjadi alam terakhir yang disinggahinya.
Selamat Jalan Kawan...Segenap pecinta alam di seluruh nusantara kehilanganmu,dan kami mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya bagi Keluarga Korban dalam peristiwa itu....semoga segala amal ibadah dan kebajikan diterima di sisi Allah SWT....Amin
(sumber:tribune dan kompas)

0 komentar:

Posting Komentar