Rabu, 10 Oktober 2012

Seputar Kegiatan Susur Goa Dan Permasalahannya

 Artikel Seputar Kegiatan Susur Goa

Salam PaRLiN2002...
Kembali saya menambah postingan tentang seputar kegiatan di bidang penelusuran Goa atau Susur Goa ( Caving ) agar pembaca lebih komplit dalam hal menyikapi dan belajar memahami tentang susur goa khususnya.
Seperti postingan saya yang dahulu , telah membahas tentang Goa di tambah Sejarah Awal perkembangan Susur Goa semoga postingan kali ini lebih memperdalam pengetahuan para sahabat alam semuanya.
 

Tips Mencegah Musibah Dalam Gua

Di dunia susur gua atau caving, ada dua musibah yang bisa terjadi, yakni incidence dan accident. Kegiatan yang menantang, dan cukup beresiko bagi penggiatnya yang tak mengetahui karakter maupun medan gua yang akan di telusuri. Sebaiknya, dimulai dari mengetahui bahaya - bahaya dan musibah yang bisa menimpa karenanya.

INCIDENCE adalah kejadian yang tidak menggembirakan namun tidak sampai membawa kematian atau terlukanya penelusur gua, contoh : tersesat, jatuh terpeleset tanpa menyebabkan luka, kelelahan, kehilangan alat - alat SRT, dehidrasi, terjebak air bah dalam gua, terlambat keluar gua dan tidak sesuai kesepakatan sehingga dicari teman - temannya, memasuki gua vertikal tidak menggunakan peralatan yang dipersyaratkan sehingga sulit keluar, dll.

ACCIDENT adalah musibah fatal atau berakibat lukanya penelusur gua.


BANJIR DALAM GUA
1. Jangan memasuki sistem perguaan pada musim hujan. Pelajari iklim setempat.

2. Perhatikan aliran air dalam gua, apakah berasal dari sungai di atas permukaan tanah? Perhatikan sedimen dasar sungai, bebatuan dari luar ( bulat, berwarna abu - abu / hitam ) dan lumpur adalah indikasi nyata, aliran air itu jenis vadosa dan berasal dari sungai permukaan. Pada saat hujan deras, sungai dalam gua yang sifatnya numpang lewat, dengan cepat akan meluap. Bila sedimen hanya terdiri dari serpihan, butiran, kerikil berwarna putih kekuningan, tanpa sedikitpun lumpur, berarti sungai dalam gua berasal dari akumulasi air perkolasi, yang terlihat menetes dari setiap ujung bawah stalaktit bawah dan mengaliri flowstone ( menyerupai air terjun membeku ), gourdam ( menyerupai petakan sawah ), drapery ( menyerupai gorden ) dan dinding lorong gua. Air perkolasi lambat responsnya terhadap hujan lebat.

Air hujan membutuhkan banyak waktu untuk meresap ke dalam sistem percelahan lapisan batu gamping yang tebal. Sungai bawah tanah yang berasal dari kumpulan air perkolasi, tidak cepat meluap saat hujan di luar gua. Debitnya baru bertambah mungkin setelah 6 sampai 12 jam, meningkatnya juga perlahan - lahan. Tetapi pada umumnya, sungai bawah tanah itu suatu kombinasi antara air vadosa dan air perkolasi. Lakukan analisa mana yang lebih dominan melalui analisa kualitas dan kuantitas sedimen pada dasar sungai dalam gua. Makin banyak lumpur, makin cepat terjadi banjir dalam gua saat hujan lebat.

Kemudian perhatikan dinding gua, apakah terlihat "garis lumpur" atau "mud line", yaitu suatu garis berwarna cokelat pada dinding gua yang putih bersih, garis itu adalah tanda batas ketinggian air meluap saat hujan. Perhatikan juga apakah ada aneka jenis sampah atau bagian tumbuhan yang berasal dari luar yang tersangkut pada dinding atau plafon gua. Tersangkutnya kantong plastik, kain, ranting, dan lain - lain di plafon gua berarti bahwa saat banjir, seluruh lorong gua tertutup air sampai plafonnya.

3. Perhatikan topografi kawasan karst, bila didominasi bukit - bukit terjal, maka gua - gua yang biasanya terletak pada dasar cekungan - cekungan di bawah bukit, akan cepat kemasukan air hujan. Bila lokasi gua - gua di Plato ( dataran rendah ) maka air hujan lebih lambat memasuki interior gua. Kawasan karst sempit, lebih cepat mengalirkan air hujan ke dalam interiornya. Kawasan karst luas, membutuhkan waktu lebih banyak untuk mengalirkan air ke dalam interiornya, walaupun pasti jumlah air hujan yang masuk, akan jauh lebih banyak dari kawasan karst kecil.

4. Perhatikan status vegetasi kawasan tadah hujan. Kalau masih hutan lebat, air hujan akan terikat dulu oleh sistem perakaran, sebelum menetes masuk ke dalam gua. Bila sudah dijadikan ladang, atau sudah ditebang habis hutannya, maka air hujan akan lebih cepat memasuki interior karst.

5. Percayalah pada penduduk setempat, yang memberitahukan bahwa pada musim hujan seluruh atau sebagian gua akan tertutup air.

GAS RACUN
Di Indonesia, yang dimaksudkan dengan gas racun ialah karbon dioksida
( CO2 ) yang jumlahnya berlebihan, terutama ditemukan dalam lorong - lorong buntu yang tidak berventilasi. Produksi gas CO2 dalam gua berlanjut terus. Tetesan air perkolasi yang mengandung larutan jenuh zat kapur Ca ( HCO3 )2, terurai menjadi H20, yang menetes ke alam interior gua, gas CO2 yang berdifusi ke dalam atmosfir gua dan CaCO3 yang mengendap sebagai kalsit / aragonit pembentuk aneka jenis dekorasi gua.

Kalau tidak ada ventilasi, maka kandungan CO2 meningkat terus, terutama di balik sifon, ini bahaya terbesar bagi cave divers. CO2 bertambah banyak bila terlihat akar - akar pohon menjuntai dari plafon ke dalam lorong - lorong gua, contoh : gua - gua di sekitar Blora. Juga bertambah banyak bila ada bahan organik yang membusuk dalam gua ( dedaunan, ikan - ikan mati, dsb ).

Bila saat memasuki sebuah gua kita merasa ragu dan mulai ada gejala hyperventilation ( nafas terengah - engah walaupun tidak lelah ), kita dapat menyalakan sebuah lilin, bila nyala lilin tersebut mati, secepatnya keluar. Jangan andalkan nyala karbit, karena lampu karbit masih bisa menyala walaupun kandungan CO2nya sudah mematikan. Hati - hati masuk ke dalam gua bila ada kegiatan vulkanik di dekatnya, karena kandungan gas SO2, H2S, NO2, dll, bisa tinggi.

Jangan memasuki gua bila dalam radius 5 km ada kegiatan penambangan memakai bahan peledak. Gas yang dihasilkan sumbu yang dibakar, bisa meresap rekah celah karst sejauh 5 km lebih dan sifatnya sangat toksis, contoh : di Belgia pernah ada 7 penelusur gua vertikal meninggal karena keracunan gas yang digunakan petambang pada jarak 5 km. Paling bahaya adalah saat suatu lubang di bawah tanah ditemukan setelah digali bagian atasnya ( misalnya untuk membuat fondasi rumah penduduk ).

Lubang di kawasan karst yang baru terbuka, sudah pasti tinggi kandungan CO2 nya. Kandungan CO2 tinggi dapat dijumpai pula di sumur yang dalam, karena CO2 lebih berat dari udara, sehingga terkumpul pada dasar sumur. Banyak penggali sumur dalam, meninggal karena keracunan CO2. Radon adalah gas tidak berwarna, tidak tercium, tetapi berbahaya karena bersifat radioaktif. Gas ini terdapat dalam beberapa gua dengan konsentrasi tinggi, hal mana bisa menyebabkan kanker paru - paru dan lebih mudah menyerang para perokok. Oleh sebab itu seorang perokok sebaiknya jangan melakukan kegiatan caving. Kalaupun ingin melakukannya, jangan memasuki lorong yang pengap dan terlalu lama ( sampai berjam - jam ) menelusuri gua alam.

Gas racun berbau ialah yang dihasilkan tumpukan guano bercampur air kencing kelelawar. Baunya menyengat karena mengandung gas Ammonia. Bila konsentrasinya tinggi, bisa mematikan manusia yang menghirupnya, tanpa berpengaruh pada kelelawar. Pakailah masker hidung saat menelusuri gua pada malam hari yang banyak kelelawarnya. Bila menderita pusing, mual dan sulit bernafas, segera keluar gua dan hiruplah oksigen dalam tabung kecil secepatnya.

TERSESAT
Gua - gua di Indonesia sedikit cabang - cabangnya. Di Eropa banyak gua yang cabangnya sampai puluhan. Agar tidak tersesat, senantiasa memetakan gua sambil menelusurinya. Bisa gunakan tali, pasang tumpukan batu atau ranting pada persimpangan. Yang paling tepat, tetapi cukup mahal adalah meletakkan light stick pada persimpangan, terutama bila gua itu bertingkat banyak ( multilevel ). Setiap sepuluh langkah wajib lihat balik. Aspek gua saat keluar selalu tampak berbeda dengan apa yang dilihat saat memasukinya, lebih - lebih bila bertingkat. Daya orientasi penelusur gua wajib kuat. Jangan lupa membawa cadangan karbit, baterai dan bola lampu secukupnya. Tanpa bantuan cahaya, semua penelusur pasti tersesat.

DEHIDRASI
Penelitian menunjukkan, bahwa saat penelusur gua merasa haus, air minum tidak akan mencukupi kebutuhan. Minumlah yang banyak sebelum memasuki gua dan tunggu sampai berkemih sebelum memasukinya. Jangan minum air dalam gua, yang terbukti terkontaminasi semuanya. Air perkolasi dalam gua Petruk ( Gombong ) terbukti terkontaminasi insektisida DDT. Bawa air minum dalam botol / tempat khusus.

GIGITAN BINATANG BERACUN DALAM GUA
Senantiasa pakai sarung tangan karet speleo / industri kimia dan jangan memasukkan tangan ke dalam lubang atau celah sebelum meneliti apa yang ada di dalamnya, mungkin saja di dalamnya ada sarang ular atau binatang berbisa lainnya. Lokasi yang sering dijumpai adanya ular beracun ialah sekitar mulut gua atau perjalanan menuju mulut gua.

KELILIPAN
Jangan remehkan kejadian yang amat mengganggu ini. Pakai selalu kacamata penyelam, saat membor dinding gua untuk pasang rock anchor ( bolt ). Juga saat korban musibah diangkut keluar gua, dia harus dipakaikan kacamata penyelam. Gua yang dihuni kelelawar dengan banyak guano kering, bisa membahayakan penelusur gua, bila di dalam guano itu terdapat spora histoplasma capsulatum. Bila terhirup masuk paru - paru, timbullah penyakit histoplasmosis paru - paru.

Gejalanya mirip tbc paru - paru, seperti batuk - batuk, demam, pegal - pegal, nafsu makan berkurang, berat badan meyusut cepat. Bila difoto rontgen paru - parunya, maka gambarannya juga sangat mirip tbc. Itu sebabnya, setiap penelusur gua yang batuk - batuk dan demam seminggu setelah menelusur gua ber-guano, pada saat diperiksa seorang dokter, wajib menjelaskan perihal kegiatan caving yang telah dilakukannya. Bila tidak dijelaskan, maka pada umumnya dokter akan mendiagnose tbc paru - paru dan mengobatinya sesuai diagnosa tersebut.

Pasien tidak akan sembuh dan akan meninggal dunia. Obat yang tepat ialah suntikan Amphotericin B secara intravenosa. Mencegahnya ialah dengan senantiasa memakai masker hidung ( seperti yang digunakan di lingkungan industri berdebu dan yang banyak dipakai sewaktu ada wabah SARS ) saat memasuki gua yang banyak guano - nya.
 

Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila kalangan penelusuran gua memiliki motto keselamatan "SEDIA PAYUNG SEBELUM MENDUNG" sehingga tidak cukup bersiaga dikala ada gejala bahaya namun justru jauh sebelum itu. Maka estimasi perubahan situasi harus senantiasa diperhatikan. Tingginya jam terbang, pengetahuan, keterampilan dan senioritas tidak cukup dijadikan patokan keamanan karena apa yang bakal dihadapi di dalam gua tidak seorangpun dapat memastikan. Etika pencegahan kecelakaan adalah :


Tidak memaksakan menelusuri gua bila badan kurang sehat.
Keterampilan kurang terutama pada gua vertikal.
Peralatan tidak lengkap, kurang terawat dan sudah uzur.
Kesiapan mental kurang (sedang patah hati atau stress).
Anggota terlemah adalah patokan standar penelusuran, apabila anggota terlemah mengalami gangguan maka saat itu juga penelusuran harus dihentikan tanpa dapat ditawar lagi.
Jumlah anggota kelompok tidak kurang dari 4 orang.
Jangan masuk gua di musim hujan, seorang penelusur gua pada masa ini biasanya cuti kegiatan dan hanya diisi dengan latihan ringan atau memperdalam pengetahuan.
Mintalah ijin kepada orang tua dan aparat daerah setempat dan instansi terkait sekaligus berpamitan dengan sejujurnya tentang tujuan dan lokasi kegiatan, perhatikan dengan cermat serta patuhi segala wejangan atau nasihat mereka.

Tinggalkanlah pesan sebagai berikut :
Hari, tanggal :
Nama pemimpin kelompok:
Alamat, no. telepon :
Nama, alamat, telepon anggota lain
Tujuan memasuki gua : ILMIAH/OLAH RAGA/WISATA
Nama gua, lokasi : (dukuh, desa, kecamatan, kabupaten).
Mulai masuk gua pukul, rencana keluar pukul :

APABILA SAMPAI PUKUL ..... BELUM KELUAR GUA MAKA MUNGKIN TELAH TERJADI KECELAKAAN MAKA HARAP SEGERA MELAPOR KEPADA LURAH,
POLISI DAN MEMINTA BANTUAN DENGAN MENGHUBUNGI: - NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON, NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON SEGALA PERONGKOSAN/UANG YANG DIPERLUKAN UNTUK MENERUSKAN BERITA INI AKAN DIGANTI DUA KALI LIPAT. TERIMA KASIH
.
Formulir ini diberikan kepada pejabat dan instansi berwenang setempat dan ditempel di kaca mobil.

Macam-macam bahaya

Terjatuh, seringkali akibat kesalahan estimasi terhadap jarak (distorsi) karena gelap. Melompat adalah hal yang haram dalam kegiatan penelusuran gua. Kekurangan oksigen dan gas beracun, lorong penuh kelelawar atau tumpukan guano, banyak terdapat akar pohon menjulur, tidak berair, berbau belerang dan pengap harus dihindari karena penuh dengan kandungan gas beracun seperti CO dan HS. Tanda-tanda umum kurangnya oksigen atau serangan gas racun biasanya terjadi pening dan halusinasi. Keruntuhan atap dan meledak, adalah kejadian tak terduga yang tidak dapat dihindari bisa diakibatkan gempa bumi atau ledakan dalam gua (jangan membuang sisa karbit dalam gua atau masuk ke lorong penuh guano dengan lampu karbit). Untuk menghindarinya perhatikan apakah lokasi tersebut merupakan bekas penambangan kapur atau dekat dengan lokasi peledakan dinamit sebuah proyek. Banjir, bisa dideteksi bila terdengar suara gemuruh dalam lorong, air sungai yang terasa hangat dan terlihat sampah hanyut dalam aliran air. Perhatikan batas air di dinding sehingga dapat diperkirakan ketinggian air saat banjir, tentukan juga sebuah lokasi atau cekungan di atas batas banjir sebagai tempat berlindung darurat bila terjebak banjir Hewan berbisa, walaupun menurut pakar biospeleologi mereka ini hidup di daerah mulut gua sampai 100 m. ke dalam namun bisa saja hewan seperti ular ditemui jauh di dalam gua karena terhanyut aliran air atau terperosok ke dalam dari atap atau ventilasi gua. Hindarilah cekungan dan lobang di sekitar mulut gua karena di tempat itu mereka bersarang. Bahaya lain adalah gigitan atau kelelawar dapat mengakibatkan rabies, kotorannya (guano) menyebabkan histoplasmosis (penyakit jalan pernafasan seperti TBC). namun umumnya hewan gua tidak mengganggu.

Eksposure, hipotermia dan dehidrasi sangat mungkin terjadi akibat terpaan angin kencang dari aven (ventilasi gua atau jendela karst), baju yang basah karena berendam terlalu lama dalam air gua. Dehidrasi dapat dihindari dengan jalan minum sebelum haus (ingat sedia payung sebelum mendung) karena minum di saat haus datang berarti sudah sangat terlambat karena lebih dari 25% cairan tubuh telah lenyap, ingat penguapan cairan dan panas tubuh dalam gua terjadi sangat cepat tanpa terasa (bahkan dapat dilihat dengan jelas uap air yang keluar dari tubuh bila dilihat dengan sorot lampu)
Kegagalan peralatan, kelengkapan dan kecanggihan peralatan bukan jaminan apabila tidak diikuti dengan perawatan dan pengetesan rutinBahaya terbesar bagi penelusur gua 99% justru adalah di jalan raya, kelelahan akibat padatnya jadwal penelusuran mengurangi konsentrasi pada saat mengemudi. Jalan terbaik sewalah pengemudi profesional yang tidak terlibat dalam tim sebagai tenaga penunjang mobilitas.
 

KODE ETIK PENELUSURAN GUA
1. Setiap penelusur gua menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang sangat sensitif dan mudah tercemar. Karenanya penelusur gua harus :
2. Tidak mengambil sesuatu kecuali mengambil potret (Take nothing but picture.)
3. Tidak meninggalkan sesuatu, kecuali jejak kaki (Leave nothing but footprint)
4. Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu (Kill nothing but time)
5. Setiap penelusur gua sadar, bahwa setiap bentukan alam didalam gua dibentuk dalam kurun waktu RIBUAN TAHUN. Setiap usaha merusak gua, mengambil/ memindahkan sesuatu didalam gua itu TANPA TUJUAN JELAS dan ILMIAH SELEKTIF, akan mendatangkan kerugian yang tidak dapar ditebus.
6. Setiap menelusuri gua dan menelitinya, dilakukan oleh penelusur gua dengan penuh RESPEK, tanpa mengganggu dan mengusir kehidupan bota dalam gua.
7. Setiap penelusur gua menyadari bahwa kegiatan speleologi, baik dari segi olah raga/ segi ilmiahnya BUKAN MERUPAKAN USAHA YANG PERLU DIPERTONTONKAN DAN TIDAK BUTUH PENONTON.
8. Dalam hal penelusuran gua, para penelusur gua harus bertindak sewajarnya. Para penelusur gua tidak memandang rendah keterampilan dan kesanggupan sesame penelusur. Sebaliknya, seseorang penelusur gua dianggap melanggar etika, bila memaksakan dirinya untuk melakukan tindakan-tindakan diluar batas kemampuan fisik dan tekniknya, serta kesiapan mentalnya.
9. Respek terhadap sesama penelusur gua, ditunjukkan setiap penelusur dengan cara :
10. Tidak menggunakan bahan/ peralatan, yang ditinggalkan rombongan lain tanpa seizin mereka.
11. Tidak membahayakan penelusur lainnya, seperti melempar kedalam gua, bila ada orang didalam gua, memutuskan atau MENYURUH memutuskan tali yang sedang digunakan rombongan lain.
12. Tidak menghasut penduduk sekitar gua untuk melarang menghalang-halangi rombongan lain untuk memasuki gua, karena tidak satupun gua di Indonesia milik perorangan, kecuali bila gua itu dibeli yang bersangkutan.
13. Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang diketahui sedang melakukan pekerjaan yang sama dan belum MEMPUBLIKASIKANNYA DALAM MEDIA MASSA / dalam MEDIA ILMIAH.
14. Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin betul bahwa tidak ada orang lain, yang juga telah menemukan pula sebelumnya, dan jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi SENSASI dan AMBISI PRIBADI, karena hal ini berarti membohongi DIRI SENDIRI dan DUNIA SPELEOLOGI
15. Setiap usaha penelusuran gua merupakan usaha bersama. Bukan usaha yang dicapai sendiri. Karenanya, setiap usaha mempublikasikan suatu hasil penelusuran gua, tidak boleh dengan cara MENONJOLKAN PRESTASI PRIBADI, tanpa mengingat bahwa setiap penelusuran gua merupakan kegiatan team.
16. Dalam suatu publikasi, jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur walaupun si penelusur berbuat hal-hal yang negatif, kritik terhadap sesama penelusur akan memberi gambaran negatif terhadap semua penelusur.

KEWAJIBAN PENELUSUR GUA
1. Dunia speleologi diberbagai negara meneruskan himbauan kepada semua penelusur, agar lingkungan gua dijaga kebersihannya, kelestariannya dan kemurniannya.
2. KONSERVASI LINGKUNGAN GUA, harus menjadi tujuan utama speleologi dan di lakukan sebaik-baiknya oleh setiap penelusur gua.
3. MEMBERSIHKAN GUA serta lingkungannya, menjadi kewajiban pertama penelusur gua
4. Apabila sesama penelusur gua MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN DARURAT, setiap penelusur gua lainnya wajib memberi pertolongan, itu dalam batas kemampuannya.
5. Setiap penelusur gua wajib menaruh RESPEK TERHADAP PENDUDUK DI SEKITAR GUA. Karena mintalah ijin seperlunya, bila mungkin, secara tertulis dari yang berwenang. Jangan membuat onar/ melakukan tindakan-tindakan yang melanggar ketentaraman/ menyinggung persaan penduduk.
6. Bila meminta ijin dari instansi resmi, maka harus dirasakan sebagai KEWAJIBAN UNTUK MEMBUAT LAPORAN DAN MENYERAHKANNYA KEPADA INSTANSI TERSEBUT. Apabila telah meminta nasehat kepada kelompok penelusur/ seorang ahli lainnya, maka laporannya wajib pula diserahkan kepada penelusur/ penasehat perorangan itu.
7. BAGIAN-BAGIAN YANG BERBAHAYA PADA SUATU GUA, WAJIB DIBERITAHUKAN KEPADA KELOMPOK PENELUSUR LAINNYA, apabila anda mengetahui ada kelompok lain yang menelusuri gua tersebut.
8. DILARANG MEMAMERKAN BENDA-BENDA MATI/ HIDUP YANG DITEMUKAN DI DALAM GUA, UNTUK KALANGAN NON PENELUSUR GUA/ NON AHLI SPELEOLOGI. Hal itu untuk menghindari dorongan kuat, yang hampir pasti timbul, untuk mengambili benda-benda itu, guna koleksi pribadi. Bila dirasakan perlu maka hanya dipamerkan foto-fotonya saja.
9. TIDAK MENGANJURKAN MEMPUBLIKASIKAN PENEMUAN-PENEMUAN DI DALAM GUA, sebelum yakin betul adanya usaha perlindungan dari yang berwenang. Perusakan gua oleh orang awam menjadi tanggung jawab si penulis berita, apabila mereka mengunjungi gua-gua tersebut sebagai akibat publikasi dalam media massa.
10. Di berbagai negara, SETIAP MUSIBAH YANG DIALAMI PENELUSUR GUA WAJIB DILAPORKAN KEPADA SESAMA PENELUSUR, melalui MEDIA SPELEOLOGI yang ada. Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya musibah lagi.
11. Menjadi kewajiban mutlak penelusur gua, untuk MEMBERITAHUKAN KEPADA KELUARGA REKAN TERDEKAT, KE LOKASI MANA IA AKAN PERGI DAN KAPAN AKAN PULANG. Di tempat terdekat lokasi gua WAJIB MEMBERITAHUKAN PENDUDUK, NAMA DAN ALAMAT para penelusur dan KAPAN akan diharapkan selesai menelusuri. Wajib memberitahukan kepada penduduk SIAPA YANG HARUS DIHUBUNGI, APABILA PENELUSUR GUA belum keluar pada waktu yang telah ditentukan.
12. Para penelusur gua WAJIB MEMPERHATIKAN KEADAAN CUACA. Wajib meneliti apakah ada bahaya banjir di dalan gua, sewaktu turun hujan lebat, dan meneliti lokasi-lokasi mana di dalam gua yang dapat dipakai untuk menyelamatkan diri dari banjir.
13. Dalam setiap musibah, setiap penelusur gua wajib bertindak dengan tenang, tanpa panik, dan wajib PATUH PADA INSTRUKSI PEMIMPIN PENELUSUR GUA/ WAKILNYA. Setiap
14. Penelusur gua WAJIB MELENGKAPI DIRINYA DENGAN PERLENGKAPAN DASAR, pada kegiatan yang lebih sulit menggunakan perlengkapan yang memenuhi syarat. Ia wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan, tentang penggunaan peralatan itu sebelum menelusuri gua.
15. Setiap penelusur gua WAJIB MELATIH DIRI DALAM PERBAGAI KETERAMPILAN GERAK MENELUSURI GUA DAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT yang dipergunakan.
16. Setiap penelusur gua WAJIB MEMBACA BERBAGAI PUBLIKASI MENGENAI GUA, LINGKUNGAN GUA DAN PERALATAN, AGAR PENGETAHUANNYA TETAP BERKEMBANG. Bagi yang mampu melakukan penelititan dan observasi ilmiah, diwajibkan menulis publikasi agar sesama penelusur/ ahli speleologi lainnya dapat menarik manfaat dari makalah-makalah tersebut.


Demikian yang bisa saya sampaikan dan berbagi info untuk anda para pembaca yang terhormat para sahabat alam semuanya semoga menambah manfaat dan mohon maaf apabila di dalam postingan saya ini belum bisa lengkap silahkan cari sendiri semua artikel tentang Susur Goa di internet atau perpustakaan ataupun toko buku terdekat.
(sumber : cavermalang, kpa-expa.blogspot, k2dien dll)
 Salam Hijau Bumiku, salam Lestari.....

2 komentar:

Anonim mengatakan...

wuisss....lmyn lngkap mas infonya...

Vincensius Helmy Nomenso mengatakan...

halo mas. sorry baru bales nih, keren blognya. keliatan kalo pokpink emang pencinta alam sejati. sukses terus ya dab. kalo ada acara naik gunung atau apa, kabar2 aja. hehe. by the why, blogmu bagus.

Posting Komentar